
NEWBIZ.ID, JEMBER – Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Jember sebagai salah satu kampus swasta terbesar di Kabupaten Jember aktif memberdayakan keluarga penyandang disabilitas di Banyuwangi. Hal itu diwujudkan dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat Internal yang dilakukan oleh Tim PKM Unmuh Jember Tahun 2022.
Kegiatan ini mengusung tema Pemberdayaan Peningkatan Kesejahteraan Keluarga Pasangan Penyandang Disabilitas Banyuwangi, pada hari Selasa Tanggal 22 Februari 2022. Tim dosen Unmuh Jember terdiri dari Putri Robiatul Adawiyah, S.Sos., M.Si, dan Hadi Jatmiko, Sst. Par, M.Si.
Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan pasangan penyandang dari berbagi macam ketunaan, baik tunanetra, tunadaksa, tunarungu dan tunawicara.
Kegiatan dilakukan secara Luring di Aula SDLB A N yang dihadiri sekitar 35 pasangan penyandang disabilitas yang datang langsung sesuai protokol kesehatan. Selebihnya datang melalui link zoom secara daring. “Kerjasama kegiatan ini dilakukan bersama mitra PKM Ibu Indah Catur Cahyaningtyas dan Bapak Nurhadi Windoyo dari Aura Lentera sebagai fasilitator dan moderator,” kata Putri Robiatul Adawiyah, S.Sos ketua tim Pengabdian Masyarakat Internal Unmuh Jember.
Dalam kesempatan itu juga menghadirkan Bapak Alfian sebagai ahli translator tunarungu dan tunawicara yang membantu kelancaran kegiatan pemberdayaan dan sharing diskusi. Kegiatan berupa identifikasi kebutuhan pemberdayaan dalam aspek ekonomi, pendidikan dan pendampingan secara psikologi dan agama yang dibutuhkan khusus bagi pasangan penyandang disabilitas.
Hasil dari sharing diskusi dengan pasangan sahabat-sahabat difabel, terkhusus pasangan diffabel. Kegiatan diawali dengan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Permasalahan Rumah Tangga Pasangan Difabel. Kegiatan ini mengungkapkan banyak persoalan yang harus ditangani serius dan mengidentifikasi alternative solusi selain persoalan penguatan ekonomi pasangan penyandang.
“Seperti kita tahu, bantuan dan pelatihan apapun yang pernah diterima pasangan penyandang akan kurang efektif dan tidak berjalan baik jika basic dalam keluarga pasangan penyandang masih belum stabil,” imbuhnya.
Hasil sharing diskusi menyimpulkan bahwa pertama, Perlunya edukasi pendidikan pranikah bagi keluarga pasangan penyandang diffabel, baik soal interaksi suami istri maupun pendidikan anak di rumah. Kedua, perlunya layanan konseling pernikahan di istansi pemerintah bagi pasangan yang memiliki keterbatasan penyampaian kosakata pemahaman sahabat tunarungu dan tunawicara.
Ketiga, perlunya pendampingan pemberdayaan ekonomi terutama soal kemudahan mobilisasi dan pemasaran produk usaha pasangan penyandang seperti usaha kerajinan anyaman Mustaqbilal tunadaksa, shoes care Yanto tunawicara, Atim massage, Supriyanto usaha jahit dan butik, Via usaha kopi, dll. Keempat, perlunya konseling untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan diri pasangan diffabel untuk menghadapi hambatan ekternal dan internal keluarga pasangan penyandang disabilitas.
Kelima, perlunya dukungan komunitas penyandang seperti Pertuni, Aura Lentera, ITMI, DMI, Akatuli dll. “Terakhir menyampaikan rekomendasi agar pemerintah bersama masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan kesejahteraan kelompok masyarakat khususnya pasangan penyandang disabilitas melalui program-program kegiatan pemberdayaan,” tuturnya. (ron)
