Menangis di Pinggir Jalan setelah Dipecat Bos Bengkel

Ahmadi Jakfar alias Adi, warga Dusun Langsepan Kelurahan Keranjingan Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember ini memang tak sampai lulus SD. Namun keterbatasan pendidikannya tak membuatnya patah arang. Berbekal belajar otodidak, Adi berhasil mendirikan bengkel mobol Tunas Muda yang kini banyak dicari pelanggan.

NEWBIZ.ID – Pria kelahiran 10 Januari 1986 itu mengaku untuk merintis usaha bengkelnya tidak gampang. Adi sempat bekerja di bengkel mobil orang lain belasan tahun. Berbekal pengetahuan dan pengelamannya itu Adi kini bisa mendirikan bengkel mobil Tunas Muda dengan enam karyawan.
Adi bertutur awal mengenal kendaraan roda empat saat menjadi sopir truk. “Saya mulai kenal mobil saat menjadi sopir truk pada umur 17 tahun,” kata Adi mengawali ceritanya. Menjadi sopirpun, adi juga berbekal dari belajar otodidak. Tidak pernah ikut kursus atau pendidikan semacamnya.
Berbekal tekad dan aksis nekat, Adi bisa nyopir mobil. Setelah itu dia mulai pegang mobil truk yang beroperasi di Kabupaten Jember dan sekitarnya. Setelah itu, kegiatan nyopir truk meluas hingga antar provinsi. Sekitar tiga tahun Adi menekuni nyopir truk. Setelah itu, Adi yang tidak punya pengetahuan tentang bengkel bekerja di sebuah bengkel truk di Pakusari. Awalnya, hanya membantu-bantu saja. Dari kegiatan itu, Adi punya tekad kuat untuk terus belajar. “Yang penting terus belajar pada yang ahli, pelan-pelan juga bisa,” imbuh ayah dua anak tersebut.
Sekitar lima tahun, Adi ikut bengkel truk di Pakusari. Setelah itu pindah ke bengkel lain di bengkel truk di Keranjingan, sekaligus untuk menimba ilmu dan pengalaman. Sekitar empat tahun Adi bertahan di bengkel Keranjingan ini. Sampai akhirnya Adi jenuh hanya di dunia bengkel truk saja. “Kalau truk ya hanya itu itu saja masalahnya, padahal dunia otomotif berkembang pesat,” ujarnya.
Setelah itu, Adi pindah ke bengkel mobil yang lebih modern di bengkel Talangsari. Adi bertahan cukup lama di bengkel ini. Sampai akhirnya, Adi diusir sama yang punya bengkel. Gara-garanya, Adi termasuk salah satu karyawan bengkel paling pateng. Bengkel buka jam 08.00, Adi sudah datang pukul 07.00. Pulangnya juga paling akhir sekitar pukul 22.00 malam.
Padahal, Adi merasa nyaman bekerja dibengel tersebut. “Tiba-tiba bos saya manggil di ruangan bengkel, saya di usir, saya disuruh berhenti dan diminta bawa satu boks peralatan bengkel dan dongrak mobil. “Saya menangis di jalan setelah dipecat. Saya gak merasa punya salah tapi kok di pecat,” ujarnya.
Dia pun satu mingguan hanya berdiam di rumah. Masih agak sock dipecat sama bos bengkelnya yang di Talangsari. Setelah itu, tiba tiba bos bengkel Talangsari telpon. Setelah satu minggu di rumah tok, saya tiba-tiba dihubungi bos bengkel Talangsari. Ditanya kabar, terus diminta ke GOR Kaliwates untuk perbaiki mobil. “Tiba-tiba bos telpon dan saya diminta perbaiki mobil orang di GOR, saya bawa boks peralatan bengkel yang diberikan bosku. Saat ditanya ongkos, saya hubungi bos bengkel Talangsari. Ongkosnya Rp 350 ribu,” ujar Adi mengingat masa lalunya.
Setelah terima ongkos itu, Adi lantas menemui Bos Bengkel Talangsari untuk menyerahkan uangnya. Adi berfikir akan dipekerjakan kembali di bengkel Talangsari. “Saat ongkos mau saya serahkan bos ku bilang itu untukmu sendiri, itu jerih payahnya,” imbuhnya.
Sata itu, Adi baru sadar bahwa bosnya Talangsari memintanya untuk mandiri dengan penghetahuan dan ketrampilannya berbengkel. “Saat itu saya baru sadar, bosku ternyata ingin saya mandiri,” imbuhnya.
Setelah itu, Adi freelance bengkel mobil. Adi sering dipanggil orang untuk memperbaiki mobil. Adi tak kenal waktu saat memperbaiki mobil, tidak pagi siang atau malam. “Sewaktu-waktu dipanggil saya siap, sampai sekarang saya seperti itu. Pokok bisa mesti saya berangkat,” imbuhnya.
Saat freelance itulah Adi ketemu pujaan hati tahun 2010. Teman satu kampug di Keranjingan. Setelah nikah adi menetap di pondok mertua indah sampai sekarang. Bahkan, halaman rumah mertua yang cukup luas kini jadi lahan parkir mobil yang diperbaikinya. Yang tidak tertampung di parkir di pinggir jalan.
Anak kedua dari tiga bersaudara itu mengaku sudah banyak makan asam garam kehidupan. Kini dia fokus bersama keluarga dengan dua buah hatinya. “Saya kini fokus mengelola bengkel Tunas Muda. Meski masih masih merintis, ini jadi jalan rezeki saya dan teman-teman, termasuk si Sinyo, adik kandungku,” imbuhnya.
Dia mengaku, awalnya modal nekad mendirikan bengkel sendiri. “Saya modal nekad saya, modal keterampilan, modal pengalaman, kejujuran dan keikhlasan. Dengan kerja ikhlas banyak hal positif yang tidak terduga. Yang penting fokus dan memberikan pelayanan terbaik kepada semua pelanggan,” ujarnya.
Anak kedua dari tiga bersaudara itu awalnya membuka bengkel dengan Sinyo saja. kini sudah ketambahan Jamal, Yasir. Bakan satu tahun, 2021 ini nambah dua yaitu Mas Happy dan Pag Guru Alfan, seorang guru STM,”terangnya.
Dia mnejelaskan, tidak mematok harga dalam memberikan pelayanan. “Kami tidak ada patokan harga untuk pelanggan, jasa service fleksibel, termasuk jam pelayanan juga fleksibel. Jam berapapun siap,” imbuhnya. Namun, untuk bengkel Tunas Mudanya tetap ada jam kerjanya. Mulai pagi sekitar pukul 08.00 sampai sore pukul 16.00.
Mengpa jasanya fleksibel? Hal itu tak lepas dari pengalamannya menghadapi pelanggan saat masih freelance. “Malam-malam ada driver mobil elf manggil saya tengah malam. Mobilnya rusak parah di Keranjingan. Driver itu tua dan mau ke Madura,” imbuhnya. Dengan segala kemampuannya, Adi memperbaiki mobil elf tersebut.
“Habisnya banyak, banyak ganti onderdil dan malam-malam saya kontak teman-teman untuk beli onderdil..dan Alhamdulillah mobil elf bisa diperbaiki,” imbuhnya. Namun, biaya untuk membeli onderdil habis banyak. Sedangkan sang driver tua tinggal memiliki uang hanya Rp 300 ribu saja. Sedangkan kernetnya tidak pegang uang.
Adi waktu itu memperkirakan jasa perbaikan sampai sekitar Rp 600 ribu dengan kerja berat sekitar 3 jam. Namun, setelah tahu driver tua tinggal pegang uang Rp 300 ribu dan harus berangkat ke Madura, Adi tidak tega. Adi mengiklaskan jasanya. “Pak tua sebenanya maksa mau ngasihkan uang disakunya yang tinggal Rp 300 ribu. Tapi saya tolak agar dipakai untuk sangu ke Madura. Itupun aku yakin belum cukup untuk sampai ke Madura,” imbuhnya.
Akhirnya, Driver tua menerima dan mengucakan banyak terima kasih. Adi terus pulang ke rumah. Setelah bersih-bersih badan sempat ditanya istri, ada hasil nggak.”ya saya jawab ada hasilnya kok, meski gak pegang duit,” imbuhnya.
Namun setelah itu kernet elef yang dibantu tiba-tiba menghubungi. Kebetulan krenet tersebut asal Jember. “Kernet ngajak ketemu di luar, dia menitipkan amplop, katanya itu titipan dari driver tua, setelah itu saya buka isinya diluar dugaan, ternyata Rp 1,5 juta,” imbuhnya. Driver tua mengaku sangat berterima kasih dengan Adi yang memperbaiki mobilnya yang rusak sehingga sampai di Madura. Tak hanya itu, setelah beberapa saat ternyata driver tua datang ke rumah Adi. “Pak Driver tua satu rombongan, bersama istri dan anak-anaknya ke rumah dan membawa macam-macam. Malah jadi saudara,” ujarnya. Sejak saat itu, Adi ambil hikmahnya. Dia selalu berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik dengan tidak menuntut berlebihan. (*)
