
Program pengabdian Polije ini diselenggarakan melalui skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat ruang lingkup pemberdayaan kemitraan Masyarakat Direktorat penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat Direktorat jenderal riset dan pengembangan Kementerian pendidikan tinggi, sains dan teknologi. Khususnya UMKM ChoCoya yang menjadi mitra Polije.
Kegiatan pengabdian Polije ini diketuai oleh Dr. Dicky Adi Tyagita, beranggotakan Andik Irawan dan Sepdian Luri Asmono serta mahasiswa difokuskan pada pemanfaatan teknologi terbaru: beralih dari metode press manual yang terbatas ke press hidrolik untuk meningkatkan randemen lemak kakao, kualitas bubuk cokelat, dan daya saing produk lokal.
Sebelumnya, para pelaku UMKM menggunakan press manual yang memiliki kapasitas ~200 gram per tahap dan hanya menghasilkan randemen lemak sekitar 8–12%. Sehingga banyak potensi nilai tambah yang hilang selama proses pengolahan. “Melalui press hidrolik baru, dengan kapasitas lebih besar dan tekanan yang lebih stabil, pelatihan membuktikan bahwa randemen lemak dapat ditingkatkan menjadi 15–35% per sekali tekan. Ini bukan hanya memperbanyak lemak kakao yang diperoleh, tetapi juga mengurangi limbah dan meningkatkan kualitas bubuk cokelat yang dihasilkan dari bungkil (sisa padat), yang selama ini kurang optimal,” kata ketua pengabdian Polije Dr. Dicky Adi Tyagita
Dalam pelatihan ini, peserta UMKM ChoCoya dibimbing dari awal: persiapan pasta kakao, pengoperasian mesin hidrolik, cara pengontrolan suhu dan tekanan, hingga teknik pembersihan dan pemeliharaan mesin setelah digunakan. “Pendampingan tidak hanya praktis, tetapi juga melibatkan pembelajaran tentang bagaimana menghitung keuntungan ekonomis dari perubahan teknologi, termasuk nilai tambah yang signifikan saat harga lemak kakao pasar telah mencapai angka yang tinggi, dan harga bubuk cokelat juga terus mengalami peningkatan,” ujarnya.
Perubahan teknologi ini diharapkan memberi dampak positif bagi UMKM di Jember, yakni: Peningkatan profitabilitas usaha melalui nilai jual lemak kakao yang lebih tinggi. Produksi bubuk cokelat dengan mutu lebih baik, aroma dan rasa yang lebih konsisten, yang makin dicari di pasar lokal dan nasional. Efisiensi proses produksi: lebih cepat, tenaga lebih sedikit, dan penggunaan alat lebih efektif. Penguatan kapasitas SDM UMKM: penguasaan teknologi, manajemen produksi, dan pelaporan hasil yang lebih profesional.
UMKM ChoCoya berharap bahwa inovasi ini akan menjadi model bagi UKM lainnya dalam rantai cokelat di Jember dan sekitarnya—bahwa dengan sedikit peningkatan teknologi, pelaku usaha benar-benar bisa menikmati nilai tambah lebih besar dari kakao yang mereka olah. (ron)