
NEWBIZ.ID.UNEJ – Peneliti Universitas Jember (Unej) yang tergabung dalam Laboratorium Kedokteran Molekuler mengembangkan riset sel punca berbasis jaringan rongga mulut. riset sel punca sebagai salah satu alternatif pengobatan penyakit degeneratif seperti diabetes, penyakit jantung, dan sebagainya.
Pemilihan rongga mulut sebagai basis riset sel punca karena lebih mudah diaplikasikan. Tidak memerlukan prosedur yang rumit sekaligus memanfaatkan bahan yang selama ini dinilai hanya sekedar limbah.
Selama ini riset sel punca umumnya menggunakan sumsum tulang belakang atau tali pusar bayi sebagai sumber bahan riset. Penjelasan ini disampaikan oleh Kepala Laboratorium Kedokteran Molekuler, Dr drg Banun Kusumawardani M Kes di ruang kerjanya di lantai dua Gedung Center for Development of Advanced Science and Technology (CDAST) Unej (27/1).
Menurut Dr drg Banun Kusumawardani M Kes, saat ini peneliti di Unej khususnya di bidang kesehatan terus mengembangkan riset sel punca. Pasalnya sel punca adalah sel yang belum memiliki fungsi khusus sehingga dapat mengubah, menyesuaikan, dan memperbanyak diri tergantung lokasi sel tersebut berada.
Karena sifatnya tersebut, sel punca kerap digunakan sebagai bahan transplantasi dalam pengobatan medis. Misalnya digunakan untuk penyembuhan luka pada penderita diabetes dan penyakit lain yang merusak sel penyusun organ tertentu.
“Awalnya para peneliti banyak menggunakan sumsum tulang belakang sebagai bahan riset sel punca, namun kami memilih mengambil sel punca yang berada di rongga mulut, seperti dari jaringan gingiva, ligamen periodontal atau pulpa gigi,” kata Dr drg Banun Kusumawardani M Kes.
Dia menjelasan, misalnya saja ada pasien yang harus cabut gigi, maka kita bisa memanfaatkan gigi yang dicabut tadi sebagai bahan riset sel punca. Prosesnya lebih mudah sekaligus memanfaatkan bahan yang selama ini dinilai hanya limbah medis.
Dan yang terpenting tidak menyakiti pasien saat pengambilan jaringan sumber sel punca. Oleh karena itu riset sel punca berbasis jaringan rongga mulut ini terus kita kembangkan di Laboratorium Kedokteran Molekuler,” jelas dosen di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unej tersebut. (ron)
