
NEWBIZ.ID. UMS JEMBER – Dalam rangka memperingati Dies Natalis ke 42, Universitas Mochammad Sroedji (UMS) Jember menggelar Kuliah Umum bertemakan “Pengolahan Pasca Panen Kopi Berorientasi Ekspor”. Kuliah umum ini sebagai upaya untuk mendukung Program Pemerintah Kabupaten Jember dalam memberdayakan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) berbasis pertanian khususnya tanaman Kopi.
Kegiatan ini juga sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan petani kopi yang berorientasi pasar nasional maupun internasional (ekspor) yang berkelanjutan (Sustainable). Kuliah umum ini selain diikuti oleh mahasiswa dan dosen, juga ketua kelompok tani kopi binaan Fakultas Pertanian (Faperta UMS Jember) dengan pemateri Prof. Dr. Ir. Rubiyo, MSi. Peneliti Ahli Utama BRIN – Jakarta. Kebetulan, Prof. Dr. Ir. Rubiyo, MSi merupakan alumni Faperta UMS Jember tahun 1989.
Banyak alumni UMS Jember yang telah berhasil di karirnya. Tak heran, Drs. Moh. Hasan, MSc., PhD., mantan Rektor Universitas Jember mencanangkan “Alumni Back to Campus”. Menurut mantan Rektor Universitas Jember (Unej) “Alumni Back to Campus” bertujuan untuk menjalin Kolaborasi, antara almamater dan alumni, bersinergi dalam membangun kampus agar terjadi akselerasi pembangunan di kampus UMS Jember.
Dalam kuliah umum, Prof. Rubiyo menyampaikan bahwa “Permintaan Kopi dunia saat ini terus menanjak. permintaan Kopi Arabica global sebesar 75% namun Indonesia baru memasok 14%. Sedangkan permintaan kopi Robusta dunia sebesar 25%, Indonesia mampu memenuhi 85%. Tonase ekspor kopi Robusta lebih tinggi, namun nilainya lebih rendah dibanding Arabika,” kata Prof. Rubiyo.
Menurut dia, produksi kopi Robusta di seluruh Indonesia mencapai 85% dan yang masuk ke pasar global masih 25% dan 80% mutunya masih tergolong rendah (berada di grade 4-6). Issue Lingkungan dan sosial (Pola Sustainable System) dengan standar mutu lebih ketat yang mengacu pada issue keamanan kesehatan menjadi trend mutu kopi pasar global. “Agar kita mampu bersaing di pasar global maka Nilai Tambah Kopi harus ditingkatkan, baik melalui peningkatan kualitas, produksi maupun harga kopi di tingkat petani itu sendiri,” ujarnya.
Peningkatan produksi yang berkualitas harus dimulai dari budidaya, panen dan penanganan pasca panen yang sesuai dengan standar Internasional. Pendampingan usahatani kopi dari hulu sampai ke hilir perlu dilakukan karena “Penanganan pasca panen kopi yang salah juga berpengaruh terhadap kualitas,” unglap Prof. Rubiyo yang saat ini juga sebagai PIC Kerjasama Internasional Riset Kakao dan Kopi. (ron)