
Hosaini merasa hanya orang pinggiran yang menjadi dosen Universitas Bondowoso (Unibo). Tapi pria kelahiran Arjasa Kabupaten Sumenep Madura 26 Desember 1990 ini tak bekercil hati. Hosaini malah menunjukkan potensinya sebagai dosen dengan membuat 22 buku yang berbasic pendidikan Islam.
Hosaini berkreasi merubah karya tulis ilmiahnya menjadi karya buku. Buku karya Hosaini antara lain Etika dan Profesi Guru, Kepemimpinan Pendidikan, Studi Hadits, Studi Qur’an (Memikat hati dengan Al Qur’an”Ma’na Ayat-Ayat pilihan), Manajemen Madrasah, Etika dan Profesi Keguruan II, Diskursus Ma’na Jilbab dalam Surat Al-Ahzab Ayat 59 (Studi Komparasi antara pendapat Ibnu Kathir dan M. Quraish Shihab).
Adapun karya tulis yang berbentuk artikel tersubmit pada jurnal tindak terakreditasi 31 artikel dan artikel yang tersubmit pada jurnal terakreditasi 7 artikel. “Sedangkan artikel yang tersubmit pada proseding dan jurnal internasional bereputasi 5 artikel ,” tutur Hosaini.
Kemudian buku Metode SILAT (Satu Hari Lima Ayat, 3 bulan bisa Baca Al- Qur’an dan menghafal), Manajemen Proyek, Kiyai Pesantren, Pejuang Tanggung, Metodologi Pasticipatory Action Research (PAR), Filsafat Pendidikan Islam, Pengembangan Bahan Ajar PAI Menggunakan Model Inkuiri, Pembelajaran Akidah Akhlak, Evaluasi Pendidikan, Ayat-ayat Perjuangan, sosiologi pendidikan, dan Model dan Metode Pembelajaran untuk Belajar Merdeka Kampus Merdeka (MBKM).
Hosaini menuturkan Setelah mengikuti pendidikan Sekolah Dasar, dia melanjutkan pendidikan Ke Madrasah Tsanawiyah tahun 2004-2007. Kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan SMA Ibrahimy Sukorejo tahun 2007-2010. Setelah itu melanjutkan ke Perguruan Tinggi (UNIB) Universitas Ibrahimy Fakultas Agama Islam Tahun 2010-2014. Setelah diangkat menjadi tenaga pengajar, dia berkesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang S 2 di Kampus yang sama (Universitas Ibrahimy) program Studi, Pendidikan Agama Islam Tahun 2014-2016, Di bawah naungan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo.
Setelah lulus Pascasarjana, ia berkesempatan menjadi dosen diberbagai perguruan tinggi. Seiring berjalannya waktu dia memutuskan untuk menjadi dosen tetap di Universitas Bondowoso (Unibo). Profesi sebagai dosen dimulai pada pada tahun 2017. Selain sebagai dosen ia termasuk dosen produktif dalam melahirkan beberapa karya, baik berupa buku, artikel penelitian tersubmit pada jurnal nasional terakreditasi Sinta maupun pada jurnal internasional. “Saya dinobatkan oleh Kementerian Agama RI sebagai Reviewer Nasional Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat pada program danah hibah dosen,” ungkapnya.
Jabatan Yang pernah di Ampuh Hosaini adalah, Kordinator BP Ma’had di Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Wakil Ketua III bagian kemahasiswaan Sekolah tinggi Agama Islam Cendekia Insani Situbondo. Ketua Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Agama Islam Unibo 2018-Sekarang. Wakil Dekan FAI Unibo. Sekretaris LPMI dan AMI Unibo.
Sedangkan pengalaman organisais, Kordinator Tapal Kuda Forum Komunikasi Dosen Peneliti (FKDP) Kepertais Wilayah IV, Asosiasi Dosen Ripublik Indonesia, Pengurus Ikatan Penulis Buku Perguruan Tinggi, Pengurus Perkumpulan Penulis Buku Perguruan Tinggi, Ketua Asosiasi Dosen PTKIS Indonesia DPW Jawa Timur.
Termasuk menjadi Sekretaris DPD JATIM ADRI (Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia). Duta PAR Kemenag tahun 2020. Reviewer Nasional Kemenag RI (Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) Tahun 2022-2024. Wakil ketua pengurus pusat Asosiasi Perguruan Tinggi Nasional Indonesia 2022-sekarang. “Saya berfikir simple, menjadi dosen kemudian membuat buku agar bisa memberikan manfat kepada orang lain,” bagi saya kesempatan baik itu tergantung usaha dan do’a kita kemudian takdir akan menjawab, lakukan paling tidak 3 prinsip ini, ikhtiar, do’a dan tawakal ungkapnya.
Menurut dia, menjadi seorang penulis tidak cukup hanya sebatas menulis saja “Tetapi butuh perjuangan dalam hal memupuk potensi diri melalui banyak membaca, mengkaji, menganalisis, resensi berbagai buku, sharing dengan para ahli, dan mengikuti berbagai kegiatan yang dapat mendukung penguatan kapasitas dalam kepenulisan,“imbuhnya. Mengapa? “Karena pertaruhannya jika ingin karya tulis yang kita susun lebih baik, maka harus banyak berproses diantaranya banyak membacanya, banyak meresensi buku, kemudian mendiskusikan hasil tulisan yang kita buat dengan para ahli, dan validasi karya, itulah beberapa tahapan perjuangan yang dilalui sebelum melakukan kegiatan literasi,” pungkasnya