
Tanam perdana bantuan bibit Bongkar Ratoon dan Perluasan Lahan dalam skema Calon Penerima Calon Lahan (CPCL) ini dilaksanakan di Desa Garahan, Kecamatan Silo, pada Kamis, 16 Oktober 2025, dipimpin langsung oleh Direktur Perlindungan Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementan, Ir. Hendratmojo Bagus Hudoro, M.Sc.
Slamet Wahyudi Kepala Bidang Penyuluh Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Jember, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut, mengungkapkan bahwa Jember mendapat target Bongkar Ratoon seluas 2.600 hektar (ha) dan Perluasan Lahan lebih dari 36 ha. “Hingga saat ini, realisasi Bongkar Ratoon baru mencapai 285,7 ha atau sekitar 10 persen dari target. Realisasi perluasan juga masih jauh,” ungkapnya.
Pihaknya berjanji akan bersinergi secara maksimal (all out) dengan Pabrik Gula (PG) Semboro dan PG Glenmore untuk menyukseskan program ini, mengingat besarnya anggaran yang tidak dapat ditanggung oleh APBD daerah.
Ir. Hendratmojo Bagus Hudoro, M.Sc. Direktur Perlindungan Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementan dalam sambutannya menekankan bahwa program tebu adalah bagian integral dari visi hilirisasi dan industrialisasi yang dicanangkan Presiden. “Lahan ini adalah tabungan masa depan kita. Sesuai astacita Bapak Presiden, kita melaksanakan hilirisasi. Kita tidak ingin lagi hanya menjadi pemasok bahan baku,” tegasnya. Pemerintah menargetkan sektor pertanian mampu mewujudkan swasembada pangan dengan lompatan produksi tertinggi mulai tahun 2025.
Direktur Hendratmojo mengakui bahwa konsumsi gula nasional sekitar 8 juta ton, sementara produksi hanya berkisar 2 juta ton. “Padahal, teknologi dan lahan yang luas kita kuasai. Oleh karena itu, kita ditargetkan tiga tahun swasembada gula,” tutupnya, seraya menegaskan peran semua pihak di tingkat bawah untuk berjibaku demi target tersebut.
General Manager PG Glenmore, Sugondo, mewakili petani mitra, menyampaikan apresiasi atas bantuan ini. “Bantuan ini sangat membantu dan meringankan petani tebu,” ujarnya. Bantuan dari pusat mencakup pemberian bibit sebanyak 60.000 mata tunas per hektar serta Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk biaya Harian Orang Kerja (HOK) senilai Rp 4 juta per hektar.
Sementara itu, Perwakilan Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Glenmore, H. Mujianto, menyambut gembira bantuan ini. “Bantuan pemerintah ini berkah. Ini sudah lama, dulu ada bongkar dan rawat ratoon,” katanya. Ia juga menyampaikan harapannya agar bantuan ini berlanjut dan memohon agar impor gula dapat dikendalikan, menyebut masalah impor gula sebagai satu-satunya permasalahan utama petani.
Mujianto juga menambahkan, untuk wilayahnya terdapat tambahan kerja sama operasi (KSO) seluas 27 hektar. Dengan sinergi antara Kementan, Pemerintah Daerah, Pabrik Gula, dan komitmen petani, diharapkan Jember dapat mengejar ketertinggalan realisasi demi mendukung tercapainya swasembada gula nasional dalam tiga tahun ke depan. (ron)